diwilayah tropis kegiatan budidaya tanaman semusim ditentukan oleh siklus musim hujan dan musim kemarau dalam setahun. maka penetapan datangnya musim penghujan sehubungan dengan mulai bertanam merupakan persoalan yang memerlukan keputusan yang tepat.
keteraturan fenomena alam melahirkan kearifan yang dapat memberikan panduan dalam menghadapi keadaan yang menyimpang dari keadaan normal. dibali, masyarakat berupaya untuk mengenali fenomaena alam yang terjadiyang dilukiskan dalam chandra pranata mangsa. pada bulan agustus bertepatan dengan mangsa katelu dengan candranya suta manut ing bapa yang ditandai oleh tumbuhnya tanaman gadung (Dioascorea hispida Dennst.) dan merambat pada tegakan (lanjaran). pada saat itu fenomena alam tersebut belum muncul, yang berarti musim kemarau belum berakhir dan musim hujan belum tiba, shingga tidak bijaksana untuk mulai bertanam tanaman semusim.
awal tumbuhnya tanaman gadung terjadi pada pertengahan september dan musim hujan berawal pada akhir oktober. dari pengamatan terhadap munculnya tanman gadung, masyarakat tani mmeperkirakan bahwa musim hujan akadn datang sekitar 40 hari kemudian. musim hujan ditandai meningktnya hujan pada bulan november,desember, januari dan puncaknya pada februari.pada bulan maret hujan mulai berkurang secara bertahap hingga mei dan awal musim kemarau jatuh pada bulan juni.
pada peralihan ke musim kemarau para petani merencanakan penenaman palawija labuhan. seperti diketahui umbi tanman gadung mengalami dormansi pada musim kemarau, dan mulai tumbuh pada saat memasuki musim hujan. setelah beradaptasi pada kondisi alam yang demikian, maka tanaman gadung menjadi sensitif terhadap kelembaban tanah akibat perubahan musim, sebagai mekanisme untuk melanjutkan kehidupannya.
diseluruh wilayah persawahan terdapat berbagai varietas lokal tradisional. varietas lokal tresebut telah dipilih dan sisleksi oleh petani menurut kriteria petani, beragam dalam umur tanaman, bentuk gabah, warna sekam, rasa nasi serta kecocokannya terhadap musim tanam.
kearifan lokal tekah mengembangkan varietas padi tradisional yang memilki beragam karakteristik, termasuk keragaman genetik. keragaman tersebut ternyata dapat membentengi ketahanannya dari gangguan hama dan penyakit. varietas unggul dengan latar belakang genetik yang smpit memiliki kepekaan terhadap hama dan penyakit tertentu. penggusuran varietas lokal oleh varietas unggul yang berdampak terhadap "erosi genetik" telah menimbulkan masalah tersendiri.
secara tradisional, saat tanam padi yang tepat diakitkan dengan datangnya musim hujan. kearifan loakl yang telah berkembang diketahi pada bait-bait tembang :
pada awalnya, sebelum para petani menggunakan masukan agrokimia berupa pupuk dan pestisida, budidaya mneggunkaan kesuburan alami. pada ekosisitem sawah terdapat berbagai jasad retnik yang menambat N (nitrogen) yang memperkaya kadungan hara yang diperlukan tanaman. selama musim kemarau terjadi pelapuakan mineral-mieneral (yang memebebaskan unsur hara lainnya) yang penting artinya bagi pertumbuhan tanaman. pengolahan tanah dengan bajak menjelang musim hujan dimaksudkan untuk "mematangkan lahan"
Rabu, 21 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar